Nasi liwet... Jika Anda berada di Kota Solo, maka anda tidak akan
asing dengan makanan yang satu ini. Ya, nasi liwet merupakan makanan
khas yang tidak akan dilewatkan jika berkunjung di kota budaya. Makanan
"biasa" yang disulap menjadi luar biasa karena banyak yang menjual
sehingga gampang ditemui dimanapun disudut kota ini. Namun
tahukah anda, terdapat sebuah Desa yang menjadi Desa Sentra Nasi Liwet
di Kota Solo?. Memang letaknya bukan benar-benar berada dikota Solo,
melainkan di Wilayah Sukoharjo yang merupakan "tetangga" dari kota Solo.
Didesa tersebut, hampir semua warganya menjadi Produsen sekaligus
penjual Nasi liwet yang tersebar di hampir seluruh wilayah Solo. Desa tersebut adalah Desa Duwet, Baki, Sukoharjo. Dengan Perjalanan sekitar 30 Menit dari Solo Kota, kita akan sampai di Desa tersebut dengan naik sepeda motor.
|
Gerbang Desa Duwet, Baki, Sukoharjo |
Konon katanya, menurut cerita warga asal mula Desa tersebut menjadi Sentra Nasi Liwet karena Wongso Lemu yang dikenal sebagai "perintis" Nasi Liwet singgah dan beristirahat di Desa Duwet dan memiliki seorang istri dan mempunyai keturunan yang berada disana. Dari cerita itulah, akhirnya Desa Duwet menjadi Sentra pembuatan nasi liwet dan keturunan Wongso Lemu menjadi "pembesar" di Desa tersebut.
Pada saat berkunjung kesana, saya dan teman-teman Komunikasi Massa semester 5 Politeknik Indonusa Surakarta diajak kerumah Ibu Yanti untuk menyaksikan proses pembuatan Nasi Liwet. Kami disambut baik oleh Bapak Topo dan Ibu yanti sebagai Pemilik Rumah dan tempat usaha pembuatan nasi liwet tersebut. Mereka bercerita bahwa usaha pembuatan nasi liwet tersebut sudah berdiri sejak 1997 hingga sekarang, selain itu mereka juga mengisahkan perjuangan mereka serta suka duka saat berjualan yang dimulai dari nol hingga bisa sukses seperti sekarang.
Berikut Dokumentasi pembuatan nasi liwet yang dilakukan oleh Ibu Yanti dibantu oleh pegawainya:
|
bumbu yang digunakan untuk membuat "teman" nasi liwet |
|
|
|
bumbu di tumbuk dengan manual |
|
|
pengolahan nasi liwet dilakukan dengan tungku |
Banyak sekali ilmu yang bisa didapatkan disana. Selain dapat melihat proses pembuatan secara langsung, tetapi juga bisa belajar tentang kesabaran dalam mengolah nasi liwet. Hal itu karena proses pembuatannya yang sangat lama dan membutuhkan kesabaran untuk menunggu. Selain itu, dari pemiliknya kita juga bisa memetik pelajaran yaitu tentang perjuangan serta sifat pantang menyerah untuk membesarkan sebuah usaha.
Sekedar informasi, Nasi liwet ibu Yanti menghabiskan 16,5 kg beras setiap harinya untuk produksi dan dapat digunakan untuk 200 an lebih "pincuk" (tempat menyajikan nasi liwet berasal dari daun pisang yang dilipat) dan mendapatkan penghasilan hampir 3 juta an setiap hari. hmmmmm, menggiurkan bukan?
|
foto dengan ibu yanti, ditengah kesibukan memasak |
|
|
Dari kunjungan tersebut penulis banyak mendapatkan pelajaran berharga tentang banyak hal. Tentang nasi liwet yang dianggap "biasa" oleh masyarakat Solo, ternyata menyimpan banyak cerita yang dapat menjadi legenda, salah satunya untuk Desa Duwet, Baki, Sukoharjo yang menjadi Sentra desa nasi liwet dan tempat mencari nafkah untuk banyak warganya...
semoga bermanfaat ya...